
SAYA (berbaju kuning dan bercelana hitam) bersama Faskab Teknik (Novandri Suhaimi,berkacamata), Sp.KIE Kep.Bangka Belitung (Helmi Fauzi, berkaos garis-garis) dan FK Jebus (Mimalin Titah,berbaju coklat)
Siang Mengabdi, Malam Mencari Rezeki
PADA suatu hari, saya ingat benar pada 27 Juli 2007, istri saya menyerahkan sepucuk surat yang ditandatangani kepala desa Air Nyatoh, Kecamatan Simpang Tritip, Kabupaten Bangka Barat. Setelah saya buka, isinya ternyata tentang sosialisasi suatu program nasional yang akrab di telinga sebagai PNPM-PPK. Membaca undangan tersebut, saya pun jadi penasaran apa yang dimaksud dengan PNPM-PPK. Program apa pula itu PNPM PPK (kini PNPM Mandiri Perdesaan setelah 2007).
Dua hari kemudian, 29 Juli 2007, saya pun datang ke kantor Desa Air Nyatoh, Kecamatan Simpang Tritip. Saat memasuki pintu kantor desa, undangan mulai berdatangan. Tak lama acara segera berlangsung. Setelah Kepala Desa selesai menyampaikan sambutan, acara sosialisasi PNPM PPK pun dimulai yang diawali dengan penyampaian materi oleh Fasilitator Kecamatan, yakni Arsumadi dan Nurhamidah. Mereka saling bergantian memaparkan tujuan, latar belakang, prinsip, kebijakan, alur tahapan dan pelaku-pelaku program. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan melakukan pemilihan pelaku-pelaku tingkat desa salah satu Fasilitator Desa (FD). Pada pemilihan Fasilitator Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) saya terplih bersama Komariah pada saat itu .
Pada 20 -22 Agustus 2007, kami pun mengikuti Pelatihan FD. Mulailah saya berusaha memahami dan mempelajari apa tugas dan tanggung jawab sebagai FD atau KPMD. Pembahasan teknis pembuatan Peta Sosial Desa, pendataan rumah tangga miskin (RTM) pun kami ikuti dengan serius dan penuh rasa tanggung jawab sebagai perwakilan Desa Air Nyatoh. Pada hari ketiga, para peserta diajak untuk melaksanakan praktik lapangan. Sampailah akhirnya, pada pengujung acara pelatihan Failitator Desa, ada agenda pemilihan seorang Pendamping Lokal (PL). Tanpa diduga ternyata nama saya banyak disebut dan dipilih 22 FD yang mewakili 11 desa di Kecamatan Simpang Tritip saat itu. Akhirnya, forum memutuskan saya untuk mengisi posisi sebagai PL Kecamatan Simpang Tritip. Supaya posisi dan peran saya lebih kuat dan diakui Forum Musyawarah Antar Desa Prioritas Usulan (MAD) II Kecamatan Simpang Tritip menetapkan saya sebagai PL Kecamatan Simpang Tritip terhitung 6 oktober 2007.
Usai MAD II yang merupakan forum pengambil keputusan tertinggi dalam PNPM MPd. tingkat kecamatan, saya mulai melaksanakan tugas sebagai PL dan aktif berkeliling mendatangi desa–desa mendampingi Fasilitator Kecamatan (FK). Sedikit demi sedikit, saya pelajari bagaimana tata dan cara berbicara di depan masyarakat dan forum. Apalagi yang saya temui dan hadapi para pejabat di desa dan kecamatan. Jujur sebelum menjadi Pendamping Lokal, belum pernah saya lakukan sebelumnya berdialog dan berbicara di hadapan orang banyak dalam forum resmi dan pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan FK dan Unit Pengelola Kegiatan (lembaga pengelola kegiatan PNPM MPd. di tingkat kecamatan). Hari demi hari tak terasa terlewati. Hati saya pun mulai ditumbuhi rasa menyukai program ini. Karena memberikan sesuatu yang berbeda. Prinsip transparan dan akuntabel benar–benar menyatu dalam hati dan pikiran saya, karena selama ini yang saya tahu hanya orang tertentu saja yang dapat mengakses dan ikut serta terlibat dalam suatu program pemberdayaan masyarakat.
Pagi Pendamping Lokal, Malam Nelayan Bagan
Kini melalui program nasional pemberdayaan masyarakat nasional tersebut, semua warga dapat berpartisipasi aktif, utamanya para perempuan dan orang miskin yang sebelum ada program ini selalu terpinggirkan. Setiap harapan dan perkataan mereka selalu terabaikan. Kini perlahan-lahan mulai terdengar aspirasi kaum perempuan dan orang miskin ditampung dan direalisasikan dalam pembahasan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan. Inilah alasan-alasan saya untuk terus berupaya sekuat mungkin untuk menjadi bagian dan pelaku yang menyukseskan program. Jujur harus saya akui, seringkali saya mendapat protes yang keras dari istri, karena insentif yang saya terima hanya sebesar Rp.500.000 per bulan. Pendapatan segitu jauh dari cukup Pak kata istri saya suatu ketika. Bahkan, jika dihitung biaya untuk bolak balik ke kecamatan (kantor UPK dan kantor kecamatan) dan berkeliling desa bisa dibilang pas-pasan.
Selain mengabdi sebagai PL, saya juga seorang nelayan bagan. Saya melaut pada malam hari dan pada pagi sampai petang saya melakukan tugas sebagai seorang Pendamping Lokal. Begitulah yang saya lakukan sebagai kepala rumah tangga dari tiga anak sambil terus meyakinkan isteri saya, agar dapat menerima apa yang sedang saya lakukan. Kepada orang yang paling saya cintai (istri) itu, saya sering katakan bahwa saya ini siang mengabdi, malam mencari rezeki. Karena bagi saya dari pelajaran yang saya dapat dari agama saya, bahwa sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi sesama makhluk. Harus diakui pada awal program nasional tersebut disosialisasikan dan dilaksanakan, banyak kendala yang dihadapi. Termasuk setiap dilangsungkan MAD II sering terjadi kekisruhan. Pasalnya, karena ada beberapa desa yang ngotot untuk membagi rata tanpa harus melalui proses perangkingan sebagai mekanisme untuk menetapkan prioritas usulan pembangunan dari setiap desa pada tingkat kecamatan.
Namun, akhirnya setelah Camat, Penanggung Jawab Operasional, FK, Tim Verifikasi dan UPK memberikan penjelasan cukup panjang lebar kepada peserta musyawarah, forum pun bersepakat untuk melakukan penetapan prioritas usulan sesuai aturan program yang berlaku. Malah pernah terjadi pengaduan masyarakat melalui surat kaleng soal dugaan terjadi penyalahgunaan dana oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kundi karena pekerjaan sarana fisik yang dibangun terlambat diselesaikan sesuai dengan jadwal. Padahal dana bantuan pada saat itu tertunda pencairan yang masuk ke rekening UPK, karena ada kebijakan pusat terkait imbas krisis moneter (keuangan). Dari pengalaman tersebut, saya menjadi sadar betapa penting memberikan informasi-informasi yang sutuhnya. Saya makin bertekad sebagai seorang Pendamping Lokal untuk memberikan bimbingan, masukan dan kepada masyarakat serta memeriksa keluhan-keluhan yang warga sampaikan.
Kepada KPMD dan TPK secara rutin, saya melakukan bimbingan sesuai arahan Fasilitator Kecamatan baik pada saat rapat koordinasi (rakor) bulanan di kecamatan ataupun saat melakukan On Job Training (OJT). Melalui forum pertemuan bulanan tersebut, memang cukup terasa pengaruhnya. Perlahan diakui masyarakat di Kecamatan Simpang Tritip mulai memiliki daya kritis yang cukup tinggi pada pelaksanaan program. Warga menganggap penting dan merespon dengan baik apa yang terjadi pada saat PNPM MPd. berlangsung. Hal itu dapat terlihat pada partisipasi aktif warga pada musyawarah baik tingkat dusun, desa maupun kecamatan. Apalagi satu persatu usulan dari desa mulai terdanai. Bahkan saya pernah terharu, karena masyarakat benar–benar bangga atas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan seraya berucap terimakasih. Peran KPMD dan TPK makin terlihat pada saat dilaksanakan Lomba Sikompak Award tingkat kabupaten yang dilaksanakan oleh Ruang Belajar Masyarakat Kabupaten Bangka Barat.
KPMD dan TPK dari Kecamatan Simpang Tritip pun mendapat peringkat terbaik pertama sekaligus menjadikan Kecamatan Simpang Tritip sebagai Juara Umum Sikompak Award Kabupaten Bangka Barat. Sebagai PL, saya juga secara kontinyu memberikan bimbingan pada anggota kelompok- kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) dan melakukan pendampingan pada saat penyaluran dana kepada Kelompok SPP. Kegiatan Kelompok SPP memang tak sering tak lancar dalam membayar angsuran pokok dan jasa sesuai dengan rencana pengembalian tiap bulan ke UPK. Masih ada anggota dan Kelompok yang menunggak membayar angsuran bulana kepada UPK. Tetapi bersama UPK dan FK terus berupaya menekan terjadi tunggakan. Kami pun mulai melakukan identifikasi permasalahan penyebab terjadi tunggakan dalam Kelompok SPP. Kami pun terus memfasilitasi penyelesaian permasalahan tunggakan Kelompok SPP secara berjenjang mulai dari kelompok SPP itu sendiri terus dibahas pada tingkat desa sampai tingkat kecamatan.

Dua Bulan Tanpa FK
Ada satu pengalaman yang tak mungkin saya lupakan selama menjadi PL. Yakni selama Juli dan Agustus 2012, terjadi hubungan yang tak harmonis (disharmonisasi) antara FK dengan PJOK Kecamatan Tritip. Mengatasi permasalahan yang amat mengganggu pelaksanaan program, saya pun coba mengoordinasikan masalah di antara pelaku di kecamatan tersebut pada pengurus Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)-lembaga yang dibentuk pada tingkat kecamatan sebagai pengawas program-untuk melakukan rapat khusus. Alhamdulillah, masukan saya untuk menggelar rapat dapat diterima pengurus BKAD. Rapat BKAD itu pun merekomendasikan agar permasalahan hubungan antara FK dengan PjOK tersebut dapat dibantu penyelesaiannya oleh camat. Namun, ternyata kedua pelaku tingkat kecamatan tersebut, tidak mencapai kesepakatan untuk mengakhiri kesalahpahaman dan tidak bersikeras memegang prinsip masing-masing kecuali pada prinsip program.
Akhirnya, terjadi peristiwa yang tak diinginkan semua pelaku tingkat kecamatan dan desa. Kecamatan Simpang Tritip mengalami kekosongan FK/FT lebih dari 2 bulan pada saat pelaksanaan pekerjaan fisik akan segera mulai berjalan. Pada saat itu, praktis hanya PL dan UPK yang benar-benar bekerja mendampingi dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Namun, karena sejak awal hati saya terpanggil untuk mengabdi, saya pun bertekad bersama-sama UPK, pelaksanaan PNPM MPd. harus tetap berjalan walaupun tanpa Fasilitator Kecamatan (Pemberdayaan dan Teknik). Syukurlah, atas bimbingan Fasilitator Kabupaten Bangka Barat saat itu, Mulyono, secara langsung, kami dapat menjalankan peroses kegiatan dengan lancar meski harus bekerja keras.
Yang membuat kami cukup bergembira ketika suatu saat Ani Himawati dari Perwakilan World Bank (Bank Dunia) berkunjung melihat bangunan Gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Kundi. “Wah ini bangunan ini seperti baru selesai dibangun ya. Gedung ini sangat terawat dengan baik,”kata Ani Himawati, disela-sela menyaksikan bangunan yang dibangun pada 2008 tersebut. Selain sebagai PL, saya pun dipercayai pelaku PNPM MPd.di tingkat Kabupaten sebagai ketua Ruang Belajar Masyarakat (RBM) Kabupaten Lampung Barat. Karena dari awal, hati saya terpanggil untuk mengabdi di daerah kelahiran, tak terasa sejak 27 Juli 2007, saya sudah menjadi PL sampai saat ini. Saya pun akan berbuat sebisa dan semampu mungkin untuk terus menyukseskan program yang mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, walaupun di tengah-tengah keterbatasan waktu dan sumberdaya yang saya miliki. Berdasarkan catatan saya, ternyata saya menjadi Pendamping Lokal melewati kepemimpinan 4 Camat dan 3 PJOK, dan pendampingan dari 9 FK (Pemberdayaan dan Teknik) dan 10 Fasilitator Kabupaten.
(Nono Sudarno, PL Terbaik Kedua Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012 dan 2013)